TRADISI
KEAGAMAAN NUUN
DI DESA
KARANGDUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah
Kebudayaan Islam dan Budaya Lokal
Dosen Pengampu : Drs. Radjasa
Mu’tashim, M.Si.
Disusun Oleh :
Ma’rifatun
Nisa (13420059)
PENDIDIKAN
BAHASA ARAB (A)
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘alamiin kami panjatkan kepada Allah SWT. karena
berkat rahmat dan ridhoNya kami dapat berjihad di jalanNya, menjalankan semua
aktivitas dan rutinitas Harapan dan doa semoga karya ilmiah kami yang berjudul
” TRADISI KEAGAMAAN NUUN DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEUMEN” yang telah kami
susun secara maksimal dapat menjadi pembelajaran dan amal untuk bekal
dikemudian hari.
Tidak lupa sholawat dan salam kami
sanjungkan kepada sang permata dunia Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan
para sahabatnya. Karena
beliaulah yang senantiasa menuntun semua umatnya ke jalan yang terang dengan
luasnya ilmu pengetahuan.
Dalam penyusunan
laporan ini, penulis merasa telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak
baik moral maupun spiritual. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
- Pihak Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen
- Bapak Ahmad Nasihudin selaku narasumber
- Bapak Drs. Radjasa Mu’tashim, M.Si. selaku pembimbing laporan
- Kepada Orangtua kami yang telah sanantiasa memberikan motivasi kepada kami selama penelitian sehingga terbangunlah rasa semangat yang tinggi
- Teman-teman PBA serta pihak-pihak lain yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik secara substansi maupun metodologinya, karena itu kritik dan saran yang membangun, sangat penulis harapkan guna perbaikan laporan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap apa yang tertuang dalam laporan ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
ii
DAFTAR ISI................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG........................................................................ 1
- RUMUSAN MASALAH................................................................... 1
- TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN................................... 1
- METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
- PROFIL DAN DESKRIPSI DESA KARANGDUWUR, AYAH, KEBUMEN 3
- TRADISI NUUN................................................................................ 7
- ANALISIS PENULIS...................................................................... 11
BAB III PENUTUP
- KESIMPULAN................................................................................ 12
- SARAN-SARAN............................................................................. 12
- KATA PENUTUP............................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 14
LAMPIRAN ................................................................................................ 15
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANGIslam merupakan konsep ajaran agama yang humanis. Ajaran islam ditujukan untuk kemaslahatan kehidupan dan peradaban umat manusia. Konsep inilah yang mengkin dilaksanakan dalam konteks masyarakat budaya. Salah satunya adalah islam kejawen, yang merupakan campuran (sinkretisme) kebudayaan Jawa dengan agama lain, seperti Hindu, Buddha, dan Kristen. Di antara percampuran tersebut, yang paling dominan adalah percampuran budaya dengan agama Islam[1].Tidak berbeda dengan apa yang terjadi di kehidupan masyarakat desa Karangduwur. Mereka telah menjadi obyek sekaligus subyek percampuran tradisi dan agama Islam. Akibatnya timbul beberapa tradisi dengan nuansa islami yang rutin dilaksanakan. Salah satunya adalah nuun. Oleh karena itu, penjelasan lebih lanjut mengenai bagaimana kondisi masyarakat desa karangduwur, dan apa yang disebut dengan nuun, akan kami sedikit kami jabarkan dipembahasan.
- RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana Profil Desa Karangduwur, Kec. Ayah ?
- Apa yang disebut dengan Nuun?
- TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIANAdapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Mengetahui bagaimana keadaan desa karangduwur, kecamatan ayah.
- Mampu menjelaskan tradisi nuun yang berkembang dimasyarakat desa karangduwur.
- METODOLOGI PENELITIAN1. Tempat Penelitian
- Di Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen
- Di Yogyakarta2. Waktu PenelitianPenelitian ini kami adakan pada:
- Jum’at, 11 Maret 2016.
- Kamis, 17 Maret 2016.3. Subjek PenelitianSubjek penelitian kami yaitu Bapak Ahmad Nasihudin4. Metode Pengumpulan Data
- WawancaraPengambilan data dengan cara berwawancara kepada Bapak Ahmad Nasihudin, salah satu tokoh desa Karangduwur.b. ObservasiPeneliti melakukan pengamatan terhadap budaya dan tradisi di Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen.5. Alat Penelitiana. Handphoneb. Laptopc. Komputer ( Internet )d. Buku Cetak (terlampir di daftar pustaka)
BAB II
PEMBAHASAN
- PROFIL DESA KARANGDUWUR, KECAMATAN AYAH, KABUPATEN KEBUMEN
- Letak GeografisDesa Karangduwur berada dibagian paling selatan Pulau Jawa. Desa ini merupakan salah satu desa dari 18 kelurahan yang di ayomi oleh kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Karena berada dibagian selatan pulau, tidak heran jika karangduwur menjadi desa pariwisata, terutama pantai yang masuk dalam jajaran Pantai Selatan.Jika dilihat dengan seksama di peta pada ujung selatan pulau jawa, ada daratan yang sedikit lebih menjorok ke laut dibanding dataran lain. Daratan itulah yang merupakan wilayah Pantai Menganti yang sekiranya dapat dijadikan batasan desa karangduwur dibagian selatan. Dibagian barat, desa karangduwur berbatasan langsung dengan desa Argopeni. Timur berbatasan dengan desa Srati.
- Legenda Desa Karangduwur Kec. Ayah[2]
- Tahap IDesa Karangduwur konon merupakan desa tua dimana silsilah desa untuk masyarakat yang ada kini tidak ada yang mengetahuinya. Konon Desa Karangduwur disinggahi oleh 2 orang Syeh yaitu Syeh Maulana Maghribi yang kemudian dikenal dengan nama Sri Menganti yang tinggalnya disebelah selatan Desa dan yang seorang lagi bernama Syeh Pengarengan yang tinggal disebelah utara Desa Karangduwur.
- Tahap IIDesa Karangduwur pernah disinggahi 4 Pangeran atau prajuri bersaudara dari Kerajaan Yogyakarta, konon yang 3 prajuri tinggal Desa Karangduwur dan yang 1 prajuri pindah ke Betawi (Jakarta). Sedangkan ketiga prajurit itu bernama :
- MangkuratmajaMangkuratmaja dan istrinya bernama Mbah Sagem tinggal disebuah lembah yang kemudian diberi nama Karangduwur yang terletak di dusun Sasak. Tempat ini sekarang terkenal dengan Panembahan Salam.
- MangkuratmanMangkuratman ini merupakan adik dari Mangkuratmaja dan tinggal di Daerah Mbulu Kuning yang kini terkenal dengan Panembahan Mbulu Kuning
- MangkuratnegaraMangkuratnegara mempunyai seorang istri bernama Mangkurat Kuning dengan seorang emban ( tukam momong ) bernama Semar Amang Rogo. Mereka tinggal di pedukuhan Cempaka wilayah dusun Sasak, kini terkenal dengan Panembahan Cempaka Kuning.
Dari ketiga
generasi itu konon Desa Karangduwur terbentuk, maka konon setelah mengalami
beberapa genarasi maka terbentuklah Pemerintah Desa Karangduwur di wilayah
Dusun Sasak.
1.2
Sejarah Pembangunan Desa Karangduwur
Konon Pemerintah
Desa Karangduwur sudah mengalami 9 kali Kepala Desa, di antara ke 9 Kepala Desa
itu adalah :
a.
Kepala Desa pada Zaman Penjajahan Belanda
- Pada masa Kepala Desa Soma Leksana
Pada Pemerintah ini Desa
Karangduwur masih terletak Pemerintah Desa di Dusun Sasak
- Pada Masa Kepala Desa Madrani
- Pada Masa Kepala Desa MadrejaPada masa ini pemerintahan masih zaman penjajahan Belanda. Pada masa ini telah didirikan Sekolah Rakyat ( SR ) tahun 1938 dan Pembangunan Jalan Desa yang kini menjadi Jalan Pemda Tingkat II, yaitu Jalan Cilacap – Karangbolong.
- Pada Masa Kepala Desa KaryawintanaPada masa ini pemerintahan zaman penjajahan Belanda. Pembangunan yang dilakukan pada zaman Kades ini perbaikan sarana dan prasarana baik itu mengenai Sekolah Rakyat dan Pembangunan Jalan Desa yang kini menjadi Jalan Pemda Tingkat II, yaitu jalan Cilacap – Karangbolong.
b.
Kepala Desa pada Zaman Pendudukan Jepang – Sekarang
- Pada Zaman Kepala Desa Kaspari 1942 – 1945Pada masa Kepala Desa ini tergolong jabatan Kepala Desa paling pendek sebab konon Kades Kaspari terserang penyakit dan meninggal.
- Pada Masa Kepala Desa Kartowirejo 1945 – 1986Pada masa Kepala Desa ini tergolong jabatan Kepala Desa paling lama setelah Zaman Pendudukan Jepang, pasalnya masa pemerintahan selama 41 tahun. Pemerintah Desa dengan Kepala Desa Kartowerejo mengalami pembangunan yang cukup banyak, antara lain :
- Penggantian Nama Sekolah Rakyat menjadi Sekolah Dasar
- Pembangunan Gedung Sekolah Dasar N I
- Pembangunan MI Karangduwur
- Pendirian Kantor Balai Desa
- Pembangunan SDN II
- Pendirian Pasar Desa
- Pada Zaman Kepala Desa Lasikun 1986 – 1994Zaman Kades Lasikun ini dilakukan pembangunan, antara lain :
- Pembangunan Jalan Desa
- Pendirian Gedung Puskesmas
- Pendirian Taman Kanak – Kanak Kartini
- Pendirian Kelompok Tani
- Pembuatan Jalan Ke Pantai Menganti
- Pada Zaman Kepala Desa Hadi Santoso 1994 – 2002Pada masa pemerintahan ini pembangunan yang dilakukannya :
- Pengaspalan Jalan Desa Lingkungan RW I + 0,5 Km
- Pengerasan Jalan Desa
- Pembentukan Badan Perwakilan Desa
- Rehab Pasar Desa menjadi Aula Desa
- Perluasan Kantor Balai Desa
- Zaman Kepala Desa Lasikun 2002 – 2009Pemerintahan Kades Lasikun sudah 2 tahap dan tahan yang ke 2 ini baru berjalan tahun dan pembangunan yang sudah dilakukan adalah:
- Rehab Aula Desa
- Pengecoran Jalan Desa
- Rehab Balai Desa
- Pendirian Taman Kanak – Kanak Pelangi
- Zaman Kepala Desa Basir 2009 - sekarang
- Lingkungan DesaDesa karangduwur memiliki jumlah penduduk 4657 jiwa, dengan luas 415,2 ha. Dengan jumlah penduduk dan luas wilayah yang cukup membludak itu, desa karangduwur merupakan desa gemuk.Bisa dikatakan bahwa desa karangduwur adalah desa multikultural. Pasalnya, masih ada 3 agama mayoritas yang hidup berdampingan sampai sekarang. Diantaranya, Islam, Budha, dan Kristen. Dari 100% penduduk, 75% menganut agama Islam, 15% beragama Budha, dan 10% Kristen.Pekerjaan yang ditekuni oleh warga desa adalah nelayan dan petani. Desa yang sangat dekat dengan pantai membuat warga desa banyak bermata pencaharian sebagai nelayan. Masih dengan alasan yang sama pula, pantai yang dijadikan pariwisata juga menyedot sebagian warga menjadi pedagang. Untuk petani padi, kebanyakan justru memiliki sawah garapan yang bukan didesa sendiri melainkan di wilayah yang berbeda.Mereka juga menggarap ladang di gunung untuk ditanami kacang, kentang dan lainnya. System menggarap lading ini disebut “ngontrak”, karena sebagian pemrosesan kepemilikan tanah diatur oleh pemerintah. Jadi istilahnya mereka menggarap tanah (gunung) yang diatur oleh pemerintah dengan imbalan mereka boleh menanam apapun tanpa menghilangkan pohon yang ditanam oleh pemerintah yakni pohon akasiah.Model petani lain adalah nderes. Yakni para bapak-bapak yang mengambil air nira pohon kelapa untuk dijadikan gula merah. Gula merah itu kemudian dijual ke penadah. Hampir setiap rumah memproduksi gula merah terutama pemukiman yang lebih dekat dengan gunung (dataran tinggi).Selain bekerja sebagai petani, nelayan, dan pedagang, sebagian warganya juga berprofesi sebagai PNS namun hanya seklumit orang saja. Kawula muda desa banyak yang meninggalkan desa diusia remaja untuk merantau ke kota. Namun sebagian lagi belajar di Pondok Pesantren atau Kuliah.
- TRADISI NUUN DI DESA KARANGDUWUR, KECAMATAN AYAH, KABUPATEN KEBUMEN
- SejarahDidesa Karangduwur, sudah menjadi naluri untuk melaksanakan nuun. Nuun, berasal dari bahasa Jawa “nuwun” atau “nyuwun” yang artinya meminta, permintaan. Jadi, maksud dari seseoang yang mengadakan nuun adalah permohonan kepada Allah dihari lahirnya. Biasanya hari lahir yang diambil adalah hari lahir bapak atau ibu. Sedangkan untuk anak kecil, disebut “among-among”. Tradisi nuun sudah ada semenjak puluhan tahun yang lalu. Beberapa sumber mengatakan bahwa nuun dilakukan atas dawuh kyai Somalangu[3]. Namun, tidak ada yang tahu pasti kapan mulai ada nuun, atau mengenai siapa pembawa tradisi ini beserta bukti-bukti yang mendukung. Satu yang diyakini oleh masyarakat desa bahwa ajaraan nuun mengandung pesan agama yang luhur dan telah lama dibawa oleh ulama zaman dulu yang hidup di karangduwur.
- Waktu dan PelaksanaanNuun dilakukan setiap bulan suro atau bulan Muharam. Nuun juga sering dilakukan dibulan Ramadhan. Sesuai dengan namanya, nuun yang bermaksud “nyuwun” dilakukan sebagai bentuk permintaan kepada Allah SWT. di hari lahir yang hitungannya mengikuti kalender jawa (weton). Jadi istilahnya nuun adalah memperingati hari ulang tahun, namun didesain secara lebih islami. Selain untuk memperingati hari lahir, nuun juga dilakukan sebagai bentuk suka cita kaum islam memasuki tahun baru hijriah di bulan muharram atau orang jawa menyebutnya bulan suro.Alasan kenapa dilakukan dikedua bulan ini tidak lain mengambil dari ajaran agama islam. Seperti yang kita ketahui bahwa bulan Muharram adalah bulan yang mulia dan bulan yang istimewa. Sedangkan bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan ampunan. Orang jawa sangat meyakini bahwa jika mereka berdo’a di bulan-bulan ini, maka do’anya akan terkabul.Disebut perayaan harlah secara islami, dikarenakan dzikir-dzikir dan sholawat serta tahlil yang dibaca. Isi dari nuun ini tergantung dengan kehendak si empunya hajat. Kadang ada yang membaca manaqib, sholawat al-barzanji, atau sekedar tahlil
- KegiatanSeperti yang sudah diterangkan sebelumnya bahwa nuun adalah perayaan hari lahir dan perayaan menyambut tahun baru hijriah. Kegiatan didalamnya mencakup pembacaan manaqib, sholawat al-barzanji, atau tahlil, yasin, dan surat Al-Mulk, kemudian menikmati jamuan makan yang tersedia. Dalam pembacaan itu ada salah seorang kyai atau tetua yang mempimpin jalannya nuun.Nuun sebenarnya adalah salah satu dari jenis kenduri, atau warga desa Karangduwur menyebutnya kenduren. Kenduri sendiri memiliki makna “kumpul-kumpul”. Maksudnya, seseorang meminta tetangga-tetangganya berkumpul dirumahnya untuk bersama-sama mendo’akan keluarga dari seseorang itu. Sebagai imbalannya dan sebagai bentuk terimakasih karena sudah mau mendo’akan, seseorang itu akan menyediakan jamuan makan setelah do’a selesai dan memberi sedikit makanan untuk dibawa pulang. Yang perlu diketahui disini adalah bahwa jamuan makan yang diberikan bukan karena hukumnya wajib. Melainkan sebagai bentuk ucapan terimakasih.Menurut sejarah, kenduren sudah ada dan sudah mulai dilakukan oleh masyarakat sebelum islam masuk ke Indonesia. Jadi, kenduren merupakan warisan tradisi Hindu-Budha. Ada banyak jenis kenduren yang ada, yang masih diadakan di karangduwur adalah kenduren selapanan, suronan, mitoni, muputi, syukuran, kenduren wong mati, kenduren weton.Nuun, karena dilakukan dua kali di waktu yang berbeda, maka nama kendurennya pun berbeda. Untuk nuun yang dilakukan di bulan suro, bisa disebut dengan suronan. Sedangkan untuk nuun yang diadakan dibulan ramadhan, dapat disebut dengan wetonan.
- Pelaku atau PelaksanaTidak ada pengkhususan bagi pelaku atau pelaksana dari nuun. Boleh laki-laki, boleh juga perempuan. Tapi umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki dikarenakan waktu yang biasa digunakan adalah malam, yakni setelah maghrib. Akan dianggap kurang sopan jika perempuan yang berangkat nuun padahal waktunya malam hari. Lagipula, perempuan dianggap lebih cocok dirumah bersama anak-anak menunggu bapak pulang. Bagi shohibul hajat, perempuan bertugas memasak dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk nuun.Mengenai jumlah orang yang diundang, tergantung tuan rumah karena tidak ada aturan atau batasan tertentu yang mengikat. Nuun bersifat fleksibel, jadi sangat mengerti dengan kondisi masyarakat sehingga nuun pun tidak wajib dilakukan. Nuun bisa juga disesuaikan dengan kondisi ekonomi. Tidak harus mewah atau mengundang grup hadrah untuk memeriahkannya.
- Jamuan dan FilosofinyaAda beberapa makanan yang harus ada pada saat nuun. Misalnya saja jenang. Ada dua jenis jenang, merah dan putih yang dibuat dari nasi punel yang diulet hingga menyerupai bubur. Dari jenang ini, nenek moyang ingin berpesan bahwasanya didalam kehidupan itu kita tidak boleh melupakan saudara. Baik saudara muda (jenang putih) maupun saudara tua (jenang merah). Ada yang menyebutkan, Filosofi ini diambil dari pesan simbah Kyai Khalwani.Ada juga yang mengartikan lain, yakni bahwa pada waktu lahirnya manusia dibarengi dengan darah putih dan darah merah. Filosofi lain mengatakan bahwa maksud jenang merah dan jenang putih adalah watak kedadean. Yakni watak manusia yang dibawa semenjak lahir, atau sifat wujud manusia. Sehingga dari filosofi ini muncullah anggapan manusia yang bisa ngragad sukma yaitu berpisahya ruh dengan raga (raga diam ditempat, ruh dapat pergi kemanapun).Makanan yang disajikan satu piring dengan jenang adalah uncet. Dibuat dari nasi punel kemudian dibentuk kerucut, mirip tumpeng namun bentuk uncet lebih kecil sekitar 5 cm tingginya. Uncet disimbolkan sebagai harapan panjang umur. Uncet dibuat dua dan diletakkan satu piring dengan jenang merah dan jenang putih.Ada juga ayam ingkung, atau orang jawa menyebutnya rasulan. Ayam ingkung adalah ayam yang direbus dengan kondisi terikat oleh tali hingga menyerupai ayam ungkep. Ayam ini sebagai bentuk penggambaran manusia akan mati dan dikubur serta ditali saat dikafani. Disebut rasulan, sebagai bentuk pengingat bahwa sebagai umat Islam sudah seharusnya mengikuti sunnah-sunnah Rasul sebelum kematian datang menjemput.Selain jenang, uncet, dan ayam rasulan, dalam nuun juga harus ada kepyar. Kepyar merupakan nasi yang dibentuk setengah lingkaran yang dipadatkan diatas piring. Kemudian diatas nasi ini, diletakkan kluban. Kluban biasa dikenal dengan urab. Sayuran hijau (daun singkong/ kangkung/ bayam/ daun pepaya) yang dikukus kemudian dibumbui dengan kelapa parut dan bumbu-bumbu dapur.Sejarahnya, kluban berasal dari kata bahasa Arab “qulubana” yang artinya hati kita. Dimaksudkan bahwa manusia hendaknya menjaga hati dari berbagai macam noda.
- ANALISIS PENULISMenyikapi adanya tradisi seperti itu di desa kelahiran, penulis setuju. Dengan alasan sebagai berikut:
- Tidak ada yang menyimpang dari ajaran islam. Kalaupun itu dianggap bid’ah atau sesuatu yang sesat, selama tradisi ini membawa kemaslahatan bersama dan tidak dijadikan sesuatu yang wajib dilakukan maka sah-sah saja.
- Warisan tradisi Hindu-Budha yang dilakukan oleh warga desa ini adalah hasil akulturasi dan sudah di-cover dengan aturan Islam (coding), penulis beranggapan tidak ada yang salah dari itu.
- Memang diperlukan sedikit decoding pada masyarakat agar mereka mengerti asal muasal tradisi yang mereka lakukan rutin tanpa harus menghapus tradisi ini. Menurut hemat penulis, sebab dari tradisi yang seperti inilah Indonesia semakin kaya dan akan sulit untuk diambil alih oleh negara lain.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULANNuun, berasal dari bahasa Jawa “nuwun” atau “nyuwun” yang artinya meminta, permintaan. Jadi, maksud dari seseoang yang mengadakan nuun adalah permohonan kepada Allah dihari lahirnya. Nuun dilakukan setiap bulan suro atau bulan Muharam. Nuun juga sering dilakukan dibulan Ramadhan.Kegiatan didalamnya mencakup pembacaan manaqib, sholawat al-barzanji, atau tahlil, yasin, dan surat Al-Mulk, kemudian menikmati jamuan makan yang tersedia. Dalam pembacaan itu ada salah seorang kyai atau tetua yang mempimpin jalannya nuun.Tidak ada pengkhususan bagi pelaku atau pelaksana dari nuun. Boleh laki-laki, boleh juga perempuan. Tapi umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki dikarenakan waktu yang biasa digunakan adalah malam, yakni setelah maghrib.Ada beberapa makanan yang harus ada pada saat nuun. Misalnya saja jenang. Ada dua jenis jenang, merah dan putih yang dibuat dari nasi punel yang diulet hingga menyerupai bubur. Dari jenang ini, nenek moyang ingin berpesan bahwasanya didalam kehidupan itu kita tidak boleh melupakan saudara. Baik saudara muda (jenang putih) maupun saudara tua (jenang merah). Makanan yang disajikan satu piring dengan jenang adalah uncet. Ada juga ayam ingkung, atau orang jawa menyebutnya rasulan.
- SARANTradisi membuat kerukunan warga semakin erat. Namun tak jarang juga tradisi yang justru memecah belah warga. Oleh sebab itu, baik untuk warga desa maupun perangkat desa hendaknya menjaga tradisi yang sudah ada agar tidak punah. Tapi lebih dari itu, masyarakat harus paham asal muasal tradisi nuun dan tradisi lain agar tidak menjadi bid’ah maupun sesuatu yang diyakini masyarakat secara mendalam.
- KATA PENUTUPDari awal laporan ini kami susun sudah jelas banyak kekurangan dan kekeliruan disana-sini, kiranya pihak desa Karangduwur, Ayah dapat memaklumi serta para dosen agar tidak lelah mengajari kami memperbaikinya. Tidak ada kesempurnaan melainkan hanya milik Allah. Terimakasih banyak kami ucapkan pada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.Jazakumulloh khoiron katsiro
DAFTAR PUSTAKA
Dokumentasi Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen
http://mustikajikebumen.blogspot.co.id/2009/10/legenda-desa-karangduwur-kec-ayah.html
(lampiran)
[1] Muhammad Alfan, Filsafat Kebudayaan, (Bandung: Pustaka Setia,
2013), hlm. 128
[2] Sumber: RPMJDes Desa Karangduwur
[3] Nama aslinya adalah Syekh Sayyid Abdul Kahfi Al-Hasani, seorang ulama
sufi zaman walisongo yang hidup didaerah Kebumen. Dia pernah dimintai pendapat
oleh Sultan Raden Hasan Fatah (Sunan Kalijaga) mengenai persoalan hukum
“Manunggaling Kawulo Gusti” yang saat itu menjadi kerusuhan di masyarakat,
khususnya pengikut Syeh Siti Jenar setelah wafatnya pemimpin tasawuf mereka.
Just thought I would comment and say awesome theme, did you design it for yourself? Its really great!
BalasHapusWhen I open your RSS feed it puts up a bunch of trash, is the issue on my side?
When I click your RSS feed it puts up a whole lot of garbled text, is the issue on my reader?
Ro water purifier
UF water purifier
Hydrogen water bottle
I appreciate your work , thanks for all the interesting posts .
BalasHapusSpletno oglaševanje, so v veliki meri pozitivno, še posebej po tako težko leto, v letu 2009. Eden od ključnih uresničevanje te obetavne prihodnosti je zagotoviti, da Sarah Berger
r rss feed as I can not find your email subscription link or newsletter service. Do youve any? Kindly let me know in order that I may subscribe. Thanks.
BalasHapusPingback
One of my shopbymark
your blog with more information? It is extremely helpful for me.
BalasHapusSki Tours | Skiing Directory | SEO Links | DNN Forum | Sledges Włochy | Ski Holidays Blog | Ski Forum | Ski Holidays Croatia News Summer | Falkensteiner Hotels | sodium hypochlorite amazon
china air purifier
korean air purifier brands