Kamis, 28 Januari 2016; Ngaji
Kitab Hujjah Aswaja by Ustadz Roisuddin, S.Pd.I
Tiga jenis orang yang membaca
Al-Qur’an:
yang pertama adalah Muhsin Ma’jur. Yakni seseorang yang cara membaca
Al-Qur’an sudah sesuai dengan kaidah tajwid para ulama Ahlul Quro’ yang
memiliki sanad bersambung hingga Rasulullah SAW. Dia yang mencapai tingkatan
ini membaca Al-Qur’an bernilai pahala.
Jenis yang kedua, yakni yang
membacanya dinilai belum baik atau menganggap ilmu baca Qur’annya sudah cukup,
sehingga tidak mau lagi belajar tahsin dalam rangka memperbaiki bacaan
Al-Qur’an. Jenis ini tidak diragukan lagi akan mendapat dosa.
Jenis yang ketiga adalah cara
membaca Al-Qur’an belum baik, tapi dia terus belajar untuk memperbaiki tajwid
dan tahsin. Orang jenis ini merupakan yang mendapat permakluman dari
Allah SWT. “Laa yukallifullaahu nafsan illa wus’ahaa..” juga berlaku
pada seseorang yang memiliki keterbatasan pengucapan. Misalnya seseorang yang
telah berusaha keras memperbaiki bacaan Al-Qur’annya agar sesuai dengan para ‘ulama
ahlul Qura’ sampai Rasulullah, namun kemampuannya hanya sebatas membaca biasa.
Wallohu A’lam Bisshowaab
--------------------------------------------------------
Memang lidah tak bertulang.
Senjata manusia paling mematikan. Tipis, tapi sangatlah tajam. Banyak
perumpamaan dan kata bijak yang membahas mengenai lisan dan pentingnya menjaga
lisan dari perkataan yang tidak sesuai.
Ada sebuah kisah tentang dua
‘ulama zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di daerah Kuffah (sekarang Irak). Ulama
pertama berasal dari Kuffah bernama Syekh Al-Qisyai Ali seorang ahli Qur’an
(termasuk tujuh ulama Qur’an termasyhur Qira’at Sab’ah) dan ulama kedua dari
Bashrah bernama Syekh Yazidi. Suatu ketika, Khalifah Harun mengundang kedua
ulama tersebut.
Saat sholat Maghrib tiba,
ulama yang ditunjuk menjadi imam sholat adalah Syekh Al-Qisyai. Setelah membaca
surat Fatihah, ulama ini membaca surat Al-Kafirun. Namun diayat “walaa
ana’aa bidunmaa ‘abadtum. Walaa antum ‘aa bidunmaa ‘abadtum” selalu
diulang-ulang sampai beberapa kali. Usai sholat, syekh Yazidi nyletuk “ckckck,
masa seorang ulama besar ahli Qur’an
menjadi imam tapi yang dibaca Q.S Al-Kafirun, itupun diulang-ulang.
Hhh...” mungkin seperti itulah jika dibahasakan. Syekh Qisya’i hanya diam.
Akhirnya ketika waktu sholat
Isya’, bergantian syekh Yazidi yang menjadi imam sholat. Kali ini, surat
Al-Fatihah yang beliau baca terus diulang-ulang dalam waktu yang cukup lama.
Usai sholat, syakh Qisyai menghampiri beliau dan menyampaikan bahwa kacaunya
hafalan Qur’an syekh Yazidi adalah dikarenakan ucapan beliau yang diucapkan
kepada syekh Qisyai pada sholat maghrib sebelumnya.
Dari sepenggal kisah tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwasanya betapa pentingnya menjaga lisan. kita harus
mempertimbangkan kata-kata yang akan kita ucapkan, apakahberasal dari bisikan
malaikat atau justru berasal dari bisikan syetan.
Nabi SAW bersabda : “Barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau
diam” (HR. Imam Bukhari no.6089 dan Imam Muslim no.46 dari Abu Hurairah)
A good and thoughtful post, lets have more like this please!
BalasHapusHello there, could possibly be truly out predicament however , too, as being a former looking essentially your webblog and it also would seem to be terribly rather perfect. Im creating an ideal new web-site too possessing conditions in order that it would search wonderful, as soon as our touch an activity because i screw it up. The method by which stiff ended up the specific to start out yuor website webpage? Will potentially an professional in anyway like me without previous expertise practice it, after which combine your loved ones revise url pages not wrecking this when?
OLANSI FACTORY