Sabtu, 30 Januari 2016

Kamis, 28 Januari 2016; Ngaji Kitab Hujjah Aswaja by Ustadz Roisuddin, S.Pd.I

Tiga jenis orang yang membaca Al-Qur’an:
yang pertama adalah Muhsin Ma’jur. Yakni seseorang yang cara membaca Al-Qur’an sudah sesuai dengan kaidah tajwid para ulama Ahlul Quro’ yang memiliki sanad bersambung hingga Rasulullah SAW. Dia yang mencapai tingkatan ini membaca Al-Qur’an bernilai pahala.

Jenis yang kedua, yakni yang membacanya dinilai belum baik atau menganggap ilmu baca Qur’annya sudah cukup, sehingga tidak mau lagi belajar tahsin dalam rangka memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Jenis ini tidak diragukan lagi akan mendapat dosa.

Jenis yang ketiga adalah cara membaca Al-Qur’an belum baik, tapi dia terus belajar untuk memperbaiki tajwid dan tahsin. Orang jenis ini merupakan yang mendapat permakluman dari Allah SWT. “Laa yukallifullaahu nafsan illa wus’ahaa..” juga berlaku pada seseorang yang memiliki keterbatasan pengucapan. Misalnya seseorang yang telah berusaha keras memperbaiki bacaan Al-Qur’annya agar sesuai dengan para ‘ulama ahlul Qura’ sampai Rasulullah, namun kemampuannya hanya sebatas membaca biasa.
Wallohu A’lam Bisshowaab

--------------------------------------------------------

Memang lidah tak bertulang. Senjata manusia paling mematikan. Tipis, tapi sangatlah tajam. Banyak perumpamaan dan kata bijak yang membahas mengenai lisan dan pentingnya menjaga lisan dari perkataan yang tidak sesuai.

Ada sebuah kisah tentang dua ‘ulama zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di daerah Kuffah (sekarang Irak). Ulama pertama berasal dari Kuffah bernama Syekh Al-Qisyai Ali seorang ahli Qur’an (termasuk tujuh ulama Qur’an termasyhur Qira’at Sab’ah) dan ulama kedua dari Bashrah bernama Syekh Yazidi. Suatu ketika, Khalifah Harun mengundang kedua ulama tersebut.

Saat sholat Maghrib tiba, ulama yang ditunjuk menjadi imam sholat adalah Syekh Al-Qisyai. Setelah membaca surat Fatihah, ulama ini membaca surat Al-Kafirun. Namun diayat “walaa ana’aa bidunmaa ‘abadtum. Walaa antum ‘aa bidunmaa ‘abadtum” selalu diulang-ulang sampai beberapa kali. Usai sholat, syekh Yazidi nyletuk “ckckck, masa seorang ulama besar ahli Qur’an  menjadi imam tapi yang dibaca Q.S Al-Kafirun, itupun diulang-ulang. Hhh...” mungkin seperti itulah jika dibahasakan. Syekh Qisya’i hanya diam.

Akhirnya ketika waktu sholat Isya’, bergantian syekh Yazidi yang menjadi imam sholat. Kali ini, surat Al-Fatihah yang beliau baca terus diulang-ulang dalam waktu yang cukup lama. Usai sholat, syakh Qisyai menghampiri beliau dan menyampaikan bahwa kacaunya hafalan Qur’an syekh Yazidi adalah dikarenakan ucapan beliau yang diucapkan kepada syekh Qisyai pada sholat maghrib sebelumnya.

Dari sepenggal kisah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwasanya betapa pentingnya menjaga lisan. kita harus mempertimbangkan kata-kata yang akan kita ucapkan, apakahberasal dari bisikan malaikat atau justru berasal dari bisikan syetan.

Nabi SAW bersabda : “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam” (HR. Imam Bukhari no.6089 dan Imam Muslim no.46 dari Abu Hurairah)

1 komentar:

  1. A good and thoughtful post, lets have more like this please!
    Hello there, could possibly be truly out predicament however , too, as being a former looking essentially your webblog and it also would seem to be terribly rather perfect. Im creating an ideal new web-site too possessing conditions in order that it would search wonderful, as soon as our touch an activity because i screw it up. The method by which stiff ended up the specific to start out yuor website webpage? Will potentially an professional in anyway like me without previous expertise practice it, after which combine your loved ones revise url pages not wrecking this when?
    OLANSI FACTORY

    BalasHapus