Rabu, 23 Maret 2016

Rumi

Berguru cinta pada Rumi
Dengan cinta
Yang pahit menjadi manis

Seorang Rumi
Bagi kita sudah tak asing lagi mendengar nama Rumi. Apalagi kaum penyair. Lalu siapa Rumi itu?

Nama lahirnya adalah Muhammdad Jalaluddin, lahir pada 06 Rabiul Awal 604 J (30 September 1207 M) di Balkh, Persia Utara. Nama Rumi merupakan julukan yang dipilihnya ketika ia dewasa sehingga menjadi Jalaluddin Rumi. Ayahnya bernama Bahauddin Walad. Rumi termasuk seorang sufi yang sangat dikenal dengan begitu banyak puisi-puisinya, tentu saja yang sarat akan makna agama dan kehidupan.
Rumi sangat percaya pada cinta, baginya orang yang tak punya cinta bagaikan burung yang tidak bersayap. Cinta dapat membuat manusia melakukan apa yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan. Menurutnya, semua di dunia ini saling berhubungan dan penghubungnya adalah cinta dan kasih sayang. Lebih dari itu, cinta adalah penggerak utama seluruh jagat raya ini. Begitu luar biasanya cinta, kata Rumi memang begitulah cinta.
Seandainya bumi dan gunung itu bukan pecinta
Tentu rumput tidak akan tumbuh dari dada mereka

Saking hebatnya cinta, sebuah negeri pun –bagi Rumi- hanya bisa sejahtera bila diperintah dengan cinta. Betapa bahagianya negeri yang rajanya cinta, di mana-mana orang berpesta, di jalan raya, dan juga di rumah, begitu tulis Rumi. Jika dilihat dari perspektif Rumi, alasan kenapa negeri ini semakin awut-awutan, karena tidak di atur dengan cinta. Wajar saja, orang-orang tua itu tidak bisa memahami cinta. Mereka sudah ditingggalkan cinta, yang ada di pikirannya hanya uang dan untung-rugi.
Cinta tidak akan muncul jika tidak ditumbuhkan. Namun tidak bisa tumbuh dengan sendirinya, setiap Aku yang mencintai akan membutuhkan Engkau yang dicintai.  Tak pernah sang kekasih mencari, tanpa dicari kekasihnya. Cinta rumi tidak untuk pacaran, melainkan untuk menemukan sahabat sejati dan kekasih sejati. Bagaimana caranya? Dengan menumbuhkan mata cinta.
Rumi bilang di belakang dunia ini terbuka sebuah semesta yang tak terbatas. Ia juga bilang setiap yang engkau lihat memiliki akar di dunia yang tak terlihat. Mata adalah yang terlihat, dapat engkau lihat dan raba. Dibelakangnya ada semesta yang tak terbatas, sesuatu yang tak terlihat. Jadi, dari matamu itu bisa dimunculkan mata hati. Bila kita dapat mengaktifkan mata hati, kita akan dapat menemukan kekasih sejati.
Dalam ragamu ada harta tak ternilai,
Sebuah hadiah dari Yang Selalu Bermurah Hati
Carilah hadiah itu di dalam dirimu.

Kata Rumi, “semua orang dapat menjadi kekasih Tuhan, bila ia sudah menyebarkan cinta pada semua manusia. Sebaliknya, bila kebencian yang menjadi dasar hubungan kalian dengan manusia lain, Tuhan justru akan membenci kalian.”
Baginya, remaja adalah pemilik kehidupan. Remajalah yang menentukan masa depan agama atau suatu negara. Remajalah yang bisa merasakann cinta, mau bertualang untuk meraih cinta yang diinginkannya. Sedang yang tua-tua, sudah sibuk dengan cinta lain; jabatan, harta, pujian.
Guru cinta
Rumi memang guru cinta. Rumi mengajari manusia tentang cinta. Ia meyakini bahwa cintalah yang harus di jalani. Oleh karena itu, manusia harus saling mencintai dan menyayangi satu sama lain. Kalaulah mereka saling percaya atas nama cinta, mereka akan memilih kata-kata dan suara yang lembut dan mesra.
Siang malam bermusuhan tampaknya, namun
Keduanya memiliki satu tujuan
Masing-masing saling mencintai demi
Menyempurnakan karya mereka bersama.
Tanpa malam, alam semesta tidak akan menerima
Penghasilan
Sehingga tak ada yang dipakai di waktu siang

Sejenak mari kita lihat hubungan mawar dengan kupu-kupu. Betapa seekor kupu-kupu mencintai mawar. Ia tetap mendekatinya meski dibawah kelopak merah itu ada duri yang akan melukai sayapnya. Cinta membuat kupu-kupu berani dan tak kenal lelah mengitari mawar.
Mawar pun mencintai kupu-kupu. Disiapkannya warna-warna yang menyenangkan hati kupu-kupu meskipun ia membiarkan duri tajam di bawah kelopaknya. Hal ini disiapkan karena cinta yang terlalu mudah adalah nafsu. Mencintai itu bahkan tanpa kata-kata, yang ada hanya tindakan yang saling menguntungkan.

Apabila kilat cinta telah menyambar hati yang ini, ketahuilah bahwa ada cinta dalam hati yang lain.
(Rumi)

by Ma’rifatun Nisa
Sumber:

Madrasah Cintas, karya Siti Nur Laela.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar