Berguru cinta pada Rumi
Dengan
cinta
Yang
pahit menjadi manis
Seorang
Rumi
Bagi
kita sudah tak asing lagi mendengar nama Rumi. Apalagi kaum penyair. Lalu siapa
Rumi itu?
Nama lahirnya adalah Muhammdad
Jalaluddin, lahir pada 06 Rabiul Awal 604 J (30 September 1207 M) di Balkh,
Persia Utara. Nama Rumi merupakan julukan yang dipilihnya ketika ia dewasa
sehingga menjadi Jalaluddin Rumi. Ayahnya bernama Bahauddin Walad. Rumi
termasuk seorang sufi yang sangat dikenal dengan begitu banyak puisi-puisinya,
tentu saja yang sarat akan makna agama dan kehidupan.
Rumi sangat percaya pada cinta,
baginya orang yang tak punya cinta bagaikan burung yang tidak bersayap. Cinta dapat
membuat manusia melakukan apa yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan.
Menurutnya, semua di dunia ini saling berhubungan dan penghubungnya adalah
cinta dan kasih sayang. Lebih dari itu, cinta adalah penggerak utama seluruh
jagat raya ini. Begitu luar biasanya cinta, kata Rumi memang begitulah cinta.
Seandainya
bumi dan gunung itu bukan pecinta
Tentu
rumput tidak akan tumbuh dari dada mereka
Saking hebatnya cinta, sebuah negeri
pun –bagi Rumi- hanya bisa sejahtera bila diperintah dengan cinta. Betapa
bahagianya negeri yang rajanya cinta, di mana-mana orang berpesta, di jalan
raya, dan juga di rumah, begitu tulis Rumi. Jika dilihat dari perspektif
Rumi, alasan kenapa negeri ini semakin awut-awutan, karena tidak di atur dengan
cinta. Wajar saja, orang-orang tua itu tidak bisa memahami cinta. Mereka sudah
ditingggalkan cinta, yang ada di pikirannya hanya uang dan untung-rugi.
Cinta tidak akan muncul jika tidak
ditumbuhkan. Namun tidak bisa tumbuh dengan sendirinya, setiap Aku yang
mencintai akan membutuhkan Engkau yang dicintai. Tak pernah sang kekasih mencari, tanpa
dicari kekasihnya. Cinta rumi tidak untuk pacaran, melainkan untuk
menemukan sahabat sejati dan kekasih sejati. Bagaimana caranya? Dengan
menumbuhkan mata cinta.
Rumi bilang di belakang dunia ini
terbuka sebuah semesta yang tak terbatas. Ia juga bilang setiap yang engkau
lihat memiliki akar di dunia yang tak terlihat. Mata adalah yang terlihat,
dapat engkau lihat dan raba. Dibelakangnya ada semesta yang tak terbatas,
sesuatu yang tak terlihat. Jadi, dari matamu itu bisa dimunculkan mata hati.
Bila kita dapat mengaktifkan mata hati, kita akan dapat menemukan kekasih
sejati.
Dalam
ragamu ada harta tak ternilai,
Sebuah
hadiah dari Yang Selalu Bermurah Hati
Carilah
hadiah itu di dalam dirimu.
Kata Rumi, “semua orang dapat menjadi
kekasih Tuhan, bila ia sudah menyebarkan cinta pada semua manusia. Sebaliknya,
bila kebencian yang menjadi dasar hubungan kalian dengan manusia lain, Tuhan
justru akan membenci kalian.”
Baginya, remaja adalah pemilik
kehidupan. Remajalah yang menentukan masa depan agama atau suatu negara.
Remajalah yang bisa merasakann cinta, mau bertualang untuk meraih cinta yang
diinginkannya. Sedang yang tua-tua, sudah sibuk dengan cinta lain; jabatan,
harta, pujian.
Guru
cinta
Rumi memang guru cinta. Rumi
mengajari manusia tentang cinta. Ia meyakini bahwa cintalah yang harus di
jalani. Oleh karena itu, manusia harus saling mencintai dan menyayangi satu
sama lain. Kalaulah mereka saling percaya atas nama cinta, mereka akan memilih
kata-kata dan suara yang lembut dan mesra.
Siang malam bermusuhan
tampaknya, namun
Keduanya memiliki satu tujuan
Masing-masing saling
mencintai demi
Menyempurnakan karya mereka
bersama.
Tanpa malam, alam semesta
tidak akan menerima
Penghasilan
Sehingga tak ada yang dipakai
di waktu siang
Sejenak mari kita lihat hubungan mawar dengan kupu-kupu. Betapa seekor
kupu-kupu mencintai mawar. Ia tetap mendekatinya meski dibawah kelopak merah
itu ada duri yang akan melukai sayapnya. Cinta membuat kupu-kupu berani dan tak
kenal lelah mengitari mawar.
Mawar pun mencintai kupu-kupu. Disiapkannya warna-warna yang menyenangkan
hati kupu-kupu meskipun ia membiarkan duri tajam di bawah kelopaknya. Hal ini
disiapkan karena cinta yang terlalu mudah adalah nafsu. Mencintai itu bahkan
tanpa kata-kata, yang ada hanya tindakan yang saling menguntungkan.
Apabila kilat cinta telah
menyambar hati yang ini, ketahuilah bahwa ada cinta dalam hati yang lain.
(Rumi)
by Ma’rifatun Nisa
Sumber:
Madrasah Cintas, karya Siti
Nur Laela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar