PERBEDAAN PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA

Mata Kuliah : Psikolinguistik
Dosen Pengampu : Nurhadi,
MA
Disusun oleh :
Syukron Ro’al Fadli 13420010
Ma’rifatun Nisa 13420059
PENDIDIKAN BAHASA ARAB C
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sungguh suatu ni’mat luar biasa yang Alloh berikan kepada
makhluq-Nya. Diantara ni’mat itu adalah kemampuan manusia untuk berbahasa,
sehingga mampu memahami maksud diantara mereka.
Bahasapun dianggap sebagai sesuatu yang istimewa, sebab bahasa merupakan sarana manusia untuk berpikir yang merupakan sumber awal manusia memperoleh pemahaman dan ilmu pengetahuan. Sebagai simbol sebuah pemahaman, bahasa telah memungkinkan manusia untuk memahami apa yang ada disekitarnya, dan mengantarkan dia memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian.
Bahasapun dianggap sebagai sesuatu yang istimewa, sebab bahasa merupakan sarana manusia untuk berpikir yang merupakan sumber awal manusia memperoleh pemahaman dan ilmu pengetahuan. Sebagai simbol sebuah pemahaman, bahasa telah memungkinkan manusia untuk memahami apa yang ada disekitarnya, dan mengantarkan dia memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian.
Dari
berpikir itulah kemudian manusia mencoba mencari dan meneliti darimana bahasa
berasal, sejak kapan manusia berbahasa, dan dari mana manusia memperoleh serta mempelajarinya.
Bahasa tidak serta merta dipahami dan dikuasai oleh anak manusia yang baru
lahir. Memerlukan berbagai tahapan untuk dapat berbahasa secara fasih dan
lancar serta dapat dipahami dan memahami apa yang orang lain sampaikan.
Dimulai dari
bahasa ibu atau bahasa pertama yang seorang anak dapatkan sejak lahir, sampai
kepada bahasa asing (lain) atau biasa dikenal sebagai bahasa kedua yang ingin
dipelajari si anak setelah besar. Dari uraian tersebut kemudian timbul
pertanyaan apa yang menjadi perbedaan diantara pemerolehan bahasa pertama dan
bahasa kedua, atau perbedaan pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang
dimaksud pemerolehan bahasa
2. Apa yang
dimaksud pembelajaran bahasa
3. Apa
perbedaan pemerolehan dan pembelajaran bahasa
C.
TUJUAN
1.
Mahasiswa mampu menjelaskan apa yang
dimaksud pemerolehan bahasa
2.
Mahasiswa mampu menjelaskan apa yang
dimaksud pembelajaran bahasa
3.
Mahasiswa mampu menjelaskan
bagaimana perbedaan pemerolehan dan pembelajaran bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PEMEROLEHAN
BAHASA
1.
Pengertian
pemerolehan bahasa
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia pemerolehan diartikan sebagai proses, cara atau
perbuatan memperoleh . Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung
didalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa
ibunya (Chaer, 2009:167). Istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah
inggris acquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak
secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language).
Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal yakni pada bahasa lisan atau bunyi
ujaran dan bisa berupa isyarat. Manusia memiliki warisan biologi yang sudah
dibawa sejak lahir berupa kesanggupannya untu berkomunikasi dengan bahasa
khusus manusia dan itu tidak ada hubungannya dengan kecerdasan atau pemikiran.
Kemampuan berbahasa hanya sedikit korelasinya terhadap IQ manusia. Kemampuan
berbahasa anak yang normal sama dengan anak-anak yang cacat. Kemampuan
berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan fisiologi
manusia, seperti bagian otak tertentu yang mendasari bahasa dan topografi
korteks yang khusus untuk bahasa.[1]
2.
Tahap
Pemerolehan bahasa
Sudah
menjadi kepastian jika seorang anak yang lahir tidak dapat langsung berbahasa
dengan merangkai kata menjadi kalimat sesuai kaidah bahasa tersebut. Selalu ada
tahap untuk mendekati tata bahasa orang dewasa.
Ada
sementara ahli bahasa yang membagi tahap pemerolehan bahasa ke dalam tahap
pralinguistik dan linguistik. Akan tetapi, pendirian ini disanggah oleh banyak
orang yang berkata bahwa tahap pralinguistik itu tidak dapat dianggap bahasa
yang permulaan karena bunyi-bunyi seperti tangisan dan rengekan dikendalikan
oleh rangsangan (stimulus) semata-mata, yaitu respons otomatis anak pada
rangsangan lapar, sakit, keinginan untuk digendong, dan perasaan senang. Oleh
karena itu, tahap-tahap pemerolehan bahasa yang dibahas dalam makalah ini
adalah tahap linguistik yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu:
1)
Tahap
Pengocehan (babbling).
Tahap ini juga dikenal sebagai tahap vokalisasi. Anak menghasilkan
vokal dan konsonan yang berbeda seperti frikatif dan nasal. Adapun umur si bayi
mengoceh tak dapat ditentukan dengan pasti, Sedangkan kemampuan anak berceloteh
tergantung pada perkembangan neurologi seorang anak. Begitu anak melewati
periode mengoceh, mereka mulai menguasai segmen-segmen fonetik yang
dipergunakan untuk mengucapkan perkataan. Mereka belajar bagaimana mengucapkan sequence
of segmen, yaitu silabe-silabe dan kata-kata. Cara anak-anak mencoba
menguasai segmen fonetik ini adalah dengan menggunakan teori hypothesis-testing
(Clark & Clark dalam Mar’at 2005:43). Menurut teori ini anak-anak menguji
coba berbagai hipotesis tentang bagaimana mencoba memproduksi bunyi yang benar.
2)
Tahap
Satu-Kata atau Holofrastis
Tahap ini berlangsung ketika anak berumur 12-18 bulan yang mana seorang
anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna yang sama. Mereka
telah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai menggunakan
kata-kata pertama meski ucapan mereka mengacu pada benda-benda yang ditemui
sehari-hari. Menurut pendapat beberapa peneliti bahasa anak, kata-kata dalam
tahap ini mempunyai tiga fungsi, yaitu kata-kata itu dihubungkan dengan
perilaku anak itu sendiri atau suatu keinginan untuk suatu perilaku, untuk
mengungkapkan suatu perasaan, untuk memberi nama kepada suatu benda. Dalam
bentuknya, kata-kata yang diucapkan itu terdiri dari konsonan-konsonan yang
mudah dilafalkan seperti m, p, s, k dan vokal-vokal seperti a, i, u, e.[2]
3)
Tahap
Dua-Kata, Satu Frase
Tahap ini berlangsung pada umur 18-20 bulan. Di usia ini, ujaran
anak harus ditafsirkan sesuai dengan konteksnya. Pada tahap ini mereka mulai
berpikir “subyek + predikat” sederhana biasanya terdiri dari kata-kata benda.
Misalnya, kata “Ani mainan” yang berarti “Ani sedang bermain dengan mainan”
atau kata sifat + kata benda, seperti “kotor patu” yang artinya “Sepatu ini
kotor” dan sebagainya.
4)
Ujaran
Telegrafis
Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata-ganda
(multiple-word utterances) atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak
juga telah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuknya dengan
benar. Pun kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai beratus-ratus kata
dan cara pengucapan kata-kata semakin mirip dengan bahasa orang dewasa.
Ada teori yang menyatakan bahwa anak memperoleh bahasa adalah
dengan cara menirukan. Namun, Fromkin dan Rodman (1993: 403) menyebutkan hasil
peniruan yang dilakukan oleh si anak tidak akan sama seperti yang diinginkan
oleh orang dewasa. Ada lagi teori yang mengatakan bahwa seorang anak belajar
dengan cara penguatan (reinforcement), yakni apabila anak belajar ujaran
yang benar akan mendapat pujian, begitupun sebaliknya. Namun teori ini belum
disetujui seratus persen oleh para ahli psikologi dan ahli psikolinguistik.
Yang benar adalah anak membentuk aturan-aturan dan menyusun tata bahasa
sendiri.
3.
Faktor
pemerolehan bahasa
Anak
dalam memperoleh bahasa pertama bervariasi, ada yang lambat, sedang, bahkan ada
yang cepat. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang
dikemukakan oleh Chomsky, Piaget, Lenneberg dan Slobin berikut ini[3]:
1)
Faktor
Alamiah.
Yang dimaksudkan di sini adalah setiap anak lahir dengan
seperangkat prosedur dan aturan bahasa yang dinamakan oleh Chomsky Language
Acquisition Divice (LAD). Anak tidak dirangsang untuk mendapatkan bahasa, anak
tersebut akan mampu menerima apa yang terjadi di sekitarnya.
2)
Faktor
Perkembangan Kognitif.
Perkembangan bahasa seseorang seiring dengan perkembangan
kognitifnya. Keduanya memiliki hubungan yang komplementer. Piaget dalam
Brainerd seperti dikutip Ginn (2006) mengartikan kognitif sebagai sesuatu yang
berkaitan dengan pengenalan berdasarkan intelektual dan merupakan sarana
pengungkapan pikiran, ide, dan gagasan. Termasuk, kegiatan kognitif; aktivitas
mental, mengingat, memberi simbol, mengkategorikan atau mengelompokkan,
memecahkan masalah, menciptakan, dan berimajinasi. Hubungannnya dengan
mempelajari bahasa, kognitif memiliki keterkaitan dengan pemerolehan bahasa seseorang.
3)
Faktor
Latar Belakang Sosial.
Latar belakang sosial mencakup struktur keluarga, afiliasi kelompok
sosial, dan lingkungan budaya memungkinkan terjadinya perbedaan serius dalam
pemerolehan bahasa anak (Vygotsky, 1978). Semakin tinggi tingkat interaksi sosial
sebuah keluarga, semakin besar peluang anggota keluarga (anak) memperoleh
bahasa. Sebaliknya semakin rendah tingkat interaksi sosial sebuah keluarga,
semakin kecil pula peluang anggota keluarga (anak) memperoleh bahasa. Hal lain
yang turut berpengaruh adalah status sosial. Anak yang berasal dari golongan
status social ekonomi rendah rnenunjukkan perkembangan kosakatanya lebih
sedikit sesuai dengan keadaan keluarganya.
4)
Faktor
Keturunan.
Faktor keturunan meliputi:
a.
Intelegensia.
Pemerolehan bahasa anak turut juga dipengaruhi oleh intelegensia
yang dimiliki anak. Ini berkaitan dengan kapasitas yang dimiliki anak dalam
mencerna sesuatu melalui pikirannya. Setiap anak memiliki struktur otak yang
mencakup IQ yang berbeda antara satu dengan yang lain. Semakin tinggi IQ
seseorang, semakin cepat memperoleh bahasa, sebaliknya semakin rendah IQ-nya,
semakin lambat memperoleh bahasa. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh
karena semuanya dikembalikan kepada si anak.
b.
Kepribadian
dan Gaya/Cara Pemerolehan Bahasa.
Kreativitas seseorang dalam merespon sesuatu sangat menentukan
perolehan bahasa, daya bertutur dan bertingkah laku yang menjadi kepribadian
seseorang turut mempengaruhi sedikit banyaknya variasi-variasi tutur bahasa.
4.
Teori
pemerolehan bahasa
Mengikuti penelitan secara empiris, tedapat dua teori utama tentang
bagaimana manusia memperoleh bahasa pertamanya yang diperbincangkan dikalangan
para peneliti.
a. Nativist
Theory (hipotesis nurani)
Nativist Theory adalah teori yang menyebutkan bahwa manusia
mmemperoleh bahasa secara alamiteori ini kemudian dikenal dengan hipotesis
nurani yang dipelopri oleh leneberg dan chomsky. Teori chomsky ini menegaskan
bahwa bahasa merupakan warisan, manusia sejak lahir sudah dibekali genetik
untuk berbahasa. Maka hipotesis naluri berbahsa merupakan suatu asumsi yang
menyatakan bahwa sebagian atau semua bagian bahasa tidaklah diperoleh atau
dipelajari, akan tetapi ditentukan oleh fitur fitur nurani yang khusus dari organisme
manusia.[4]
b. Learning
teory
Teori yang menyatakan bahwa pemerolehan bahasa melalui proses
mempelajari. Sebagai penjelasan lebih lanjut dari teori ini bisa digambarkan
tentang bagaimana seorang bayi mulai
berbahasa. Pada tahapan ketika anak memperoleh sistem sistem bunyi bahasa
ibunya, semula dia mengucapkan sistem bunyi yang ada disemua bahasa yang ada
didunia ini.akan tetapi karena lingkungan telah memberikan contoh terus menerus
terhadap sistem bunyi yang ada pada bahasa ibunya, dan dimotivasi terus untuk
menirukan sistem bahasa ibunya, maka yang akhirnya dikuasai adalah sistem
bahasa ibunya.
B.
PEMBELAJARAN
BAHASA
1)
Pengertian
Belajar
Pengertian belajar sendiri bermacam-macam menurut para ahli. Al
Khuli (1981) mengatakan, “al ta’liimmu iktisaabi suluuk jadiid au taqwiyah
suluuk saabiq natiijatan li khubrah maa, zhahiiron kaana au kaaminan”.
Artinya, bahwa belajar adalah terjadinya prilaku baru atau penguatan prilaku
lama sebagai hasil dari pengalaman baik terjadi secara eksplisit maupun implisit. McGeoch (1956)
mengatakan, learning is a change in performance as a result of practice,
yaitu perubahan dalam performance yang disebabkabkan oleh proses latihan.
Witting (1981) berpendapat learning is relativity permanent change in an
organism’s behavioral repertoire that occure as a result of experience, artinya
bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
tingkah laku dalam suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Dari beberapa
pendapat tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses
terjadinya perubahan yang relatif menetap yang dihasilkan dari suatu pengalaman
berupa latihan-latihan atau interaksi dengan lingkungan.
2)
Pengertian
Pembelajaran
Sedangkan kegiatan pembelajaran (ta’liim/
at tadris) adalah proses yang identik dengan kegiatan mengajar yang dilakukan
oleh pendidik agar terjadi kegiatan belajar. Dalam KBBI edisi V, pembelajaran
berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Bahauddin
(2007 : 116) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sehingga dapat kita tarik
kesimpulan, bahwa pembelajaran bahasa adalah prosses penguasaan bahasa,
baik pada bahasa pertama ataupun bahasa
kedua. Proses penguasaan bahasa sendiri, meliputi penguasaan secara alamiah (acquisition)
maupun secara formal (learning) (krashen, 1981 : 40).
3)
Tipe
Pembelajaran Bahasa
Menurut Ellis (986 : 215), tipe
pembelajaran bahasa terbagi menjai dua, yaitu tipe naturalistik dan tipe
formal.
1.
Tipe
naturalistik
Hampir
sama dengan pemerolehan bahasa pertama, tipe naturalistik berlangsung secara
alami yakni di lingkungan. Hanya saja yang membedakannya adalah kesadaran atau
kesengajaannya.
2.
Tipe
Formal
Formal
maksudnya adalah berlangsung dalam pendidikan dan memiliki sarana prasarana
penunjang, seperti sekolah ataupun kursus.
4)
Faktor-Faktor
Penentu dalam Pembelajaran Bahasa
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran bahasa terbagi menjadi 5[5],
yaitu sebagai berikut :
a.
Faktor
motivasi
Dalam kaitannya dengan pembelajaran
bahasa kedua, motivasi mempunyai dua fungsi, yaitu (1) fungsi integratif dan
(2) fungsi instrumental. Berfungsi integratif jika motivasi itu mendorong
seseorang untuk mempelajari suatu bahasa karena adanya keinginan untuk
berkomunikasi dengan masyarakat. sedangkan motivasi berfungsi instrumental
adalah jika motivasi itu mendorong pembelajar untuk memiliki kemauan untuk
mempelajari bahasa kedua itu karena tujuan yang bermanfaat atau karena ingin
memperoleh suatu pekerjaan atau mobilitas sosial pada masyarakat tersebut
(gardner, 1972: 3.)
b.
Faktor
usia
Dalam hal kecepatan dan keberhasilan
bahasa kedua, dapat disimpulkan: (1) anak-anak lebih berhasil dalam pemerolehan
sistem fonologi atau pelafalan dibandingkan orang dewasa; (2) orang dewasa
tampaknya maju lebih cepat daripada kanak-kanak dalam bidang morfologi dan
sintaksis, paling tidak pada permulaan masa belajar; (3) kanak-kanak lebih
berhasil dibandingkan orang dewasa, tetapi tidak selalu lebih cepat (‘oyama,
1976; dulay, burt, dan krashen, 1982; asher dan gracia, 1969).
c.
Faktor
peyajian formal
Penyajian bahasa secara formal
berpengaruh terhadap kecepatan dan keberhasilan dalam memperoleh bahasa kedua
karena berbagai faktor dan variabel yang telah dipersiapkan dan diadakan dengan
sengaja melalui berbagai perangkat formal pembelajarannya.
d.
Faktor
lingkungan
Lingkungan bahasa dapat dibedakan
menjadi lingkungan formal seperti di kelas dalam proses belajar-megajar dan
artifisial dan lingkungan informal atau natural (krshen, 1981: 40).
5)
Proses
Pembelajaran
1.
Proses
Belajar Bahasa Model Krashen (1976)
a.
Hipotesis
Pemerolehan Dan Pembelajaran Bahasa
Yaitu hipotesis yang menyatakan bahwa anak kecil dalam meguasai
bahasa pertama terjadi secara ambang sadar (sub-consiusness) dan
bersifat alamiah. Proses ini disebut pemerolehan (acquisition). Orang
dewasa dalam proses menguasai bahasa kedua atau bahasa asing terjadi secara
sadar (consiusness) melalui bentuk-bentuk bahasa dan mewujudkannya dalam
bentuk verbal. Orang dewasa mengusai bahasa melalui kaidah-kaidah formal
bahasa. Proses ini disebut dengan belajar (learning). Adapun
identifikasi proses penguasaan bahasa oleh kanak-kanak dan orang dewasa adalah
sebagai berikut:
a.
Proses
Penguasaan Bahasa Anak
Ø Proses terjadi secara ambang sadar pada pemerolehan bahasa pertama
Ø Komunikasi terjadi secara alamiah
Ø Keberhasilan belajar bahasa bagi anak tidak mungkin dihindari
Ø Pembelajar tidak dapat menyebut aturan tata bahasa
Ø Tidak diperkuat oleh pengajaran, uraian tentang tatabahasa, dan
tidak ada koreksi
Ø Proses diatur oleh strategi universal yang disebut LAD (Language
Acquisition Device)
b.
Proses
Penguasaan Bahasa Orang Dewasa
Ø Proses ini terjadi pada saat orang dewasa belajar bahasa kedua
Ø Proses terjadi secara sadar dan terjadi secara internalisasi aturan
tatabahasa
Ø Kemampuan yang dimiliki merupakan hasil dari pengajaran
Ø Proses penguasaan bahasa tidak mungkin dihindari
Ø Pembelajar memiliki rumusan-rumusan aturan tatabahasa
Berdasarkan pendapat krashen tersebut secara jelas dapat dilihat
bahwa proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa benar-benar dipisahkan. Tapi
dalam kenyataannya dalam proses belajar di sekolah pun sesungguhnya terjadi
proses pemerolehan di sela-sela proses belajar.
b.
Hipotesis
Urutan Alamiah
Hipotesis yang
menyatakan bahwa kemampuan berbahasa seseorang itu berjenjang secara alamiah
dan bersifat universal.penjejahan alamiah menunjukkan bahwa bentuk-bentuk
bahasa yang sederhana akan dikuasai terlebih dulu oleh anak sebelum menguasai
bentuk-bentukyang lebih rumit.
c.
Hipotesis
Monitor
Bahwa kegiatan
berbahasa melalui kaidah-kaidah kebahasaan yang dipelajari secara sadar hanya
berfungsi sebagai monitor dan editor.proses moniyor hanya dapat berlangsung
apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
a)
Ada
waktu yang cukup bagi pembelajar untuk memilih dan menerapkan kaidah yang
dipelajarinya
b)
Difokuskan
pada bentuk-bentuk bahasa yang benar menurut kaidah
c)
Pembelajar
harus memahami dan menguasai kaidah bahasa yang dipelajarinya secara benar
d.
Hipotesis
Input
Menyatakan bahwa
kemampuan berbahasa (out put) seseorang bergantung kepada masukannya. Jika
masukannya benar, maka keluarannya pun juga akan benar.dalam proses penguasaan
bahasa pada aspek menyimak dan membaca
pemahaman memiliki peranan penting dalam progam belajar bahasa, dan kemampuan
berbicara dan menulis dalam bahasa kedua akan mengair dari kedua aspek tersebut.
e.
Hipotesis
Filter Afektif
Semakin besar saringan
afektif pembelajar akan semakin sukar menguasai bahasa kedua.wujud dari
saringan afektif yang semakin besar adalah berupa hambatan psikologis (inhibisi)
seseorang, misalnya rasa malu, cemas, rasa takut.
2.
Proses
Belajar Bahasa Model Bialystok
Proses belajar bahasa
model bialystok (1978) diorganisasikan dalam 3 tataran, yaitu input, knowladge
dan out put.
a.
Tataran
input
berupa pengalaman
berbahasa pembelajar yang telah dipajan (expouser) melalui belajar membaca dan
berbicara.
b.
Tataran
knowledge
Berupa cara
penyimpanan informasi.cara penyimpanannya meliputi penyimpanan implisit berupa
pengetahuan intuitif.cara penyimpanan eksplisit berupa pengetahuan bahasa
secara sadar dan cara penyimpanan informasi eksplisit berupa pengetahuan bahasa
secara sadar.pengetahuan eksplisit mempunyai 3 fungsi, yaitu :
a)
Sebagai
dasar informasi baru sebelum disimpan dalam pengetahuan implisit
b)
Sebagai
gudang informasi
c)
Sebagai
sistem artikulasi untuk pengethuan implisit yang mungkin dipakai secara
eksplisit.
Sedang oengetahuan
implisit hanya mempunyai satu fungsi, yaitu untuk menyimpan semua informasi
tentang bahasa target yang diperlukan untuk mengungkapkan dan memahami bahasa.
c.
Tataran
Out put
Merupakan gambaran
pemahaman dan pengungkapan bahasa.pengungkapan bahasa dibedakan dalam dua tipr
yaitu pengungkapan spontan dan pengungkapan lamban.
Adapun strategi
yang disarankan oleh balystok ada 4
tipe, yaitu :
a)
Praktek
formal yaitu pembelajar membaca untuk menambah pajanan bahasa
b)
Praktek
informal yaitu pajanan bahasa yang diperoleh dalam komunikasi alamiah
c)
Strategi
monitoring, yaitu pengetahuan sadar pemakaian bahasa oleh pembelajar untuk
memperbaiki pengungkapan bahasa
d)
Inferensi
(penyimpulan), yaitu proses pengujian hipotesis mengenai pengetahuan bahasa
yang tidak dikenal sebelumnya.
3.
Proses
Belajar Model Steviks
Steviks (1980)
mengikuti jejak krashen dan bialystok untuk menggeluti tori monitor.istilah
steviks untuk menggambarkan prose penguasaan bahasa digambarkan dalam bentuk
diagram Levertove Machine (mesin tenaga).
Diagram
penguasaan bahasa yang digambarkan oleh Steviks menggambarkan ciri-ciri sebagai
berikut:
a)
Hasil
belajar disimpan dalam gudang pemerolehan
b)
Belajar
bahasa bisa menjadi bahan out put
c)
Peranan
dan fungsi pemerolehan dan belajar tidak terlalu terpisah secara ketat
d)
Dalam
situasi tertentu seseorang mungkin dapat berbicara sangat lancar, tetapi pada
waktu lain mekn sangat lamban.hal ini terjadi jika proses monitor sedang
berlangsung.
C.
PERBEDAAN
PEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa:
Ø Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi
pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh
bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan
pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.
Ø Pemerolehan secara bawah sadar dan alamiah, sedangkan pembelajaran
sadar dan disengaja.
Ø Pemerolehan bahasa lebih dominan makna proses mengetahui, sedangkan
pembelajaran dominan kepada proses memahami setelah mengetahui.
Melihat dari pendapat krashen (1976), dapat disimpulkan juga
perbedaan pemerolehan dan pembelajaran bahasa:
Pemerolehan
bahasa:
Ø Proses terjadi secara ambang sadar pada pemerolehan bahasa pertama
Ø Komunikasi terjadi secara alamiah
Ø Keberhasilan belajar bahasa bagi anak tidak mungkin dihindari
Ø Pembelajar tidak dapat menyebut aturan tata bahasa
Ø Tidak diperkuat oleh pengajaran, uraian tentang tatabahasa, dan
tidak ada koreksi
Ø Proses diatur oleh strategi universal yang disebut LAD (Language
Acquisition Device)
Pembelajaran
Bahasa:
Ø Proses ini terjadi pada saat orang dewasa belajar bahasa kedua
Ø Proses terjadi secara sadar dan terjadi secara internalisasi aturan
tatabahasa
Ø Kemampuan yang dimiliki merupakan hasil dari pengajaran
Ø Proses penguasaan bahasa tidak mungkin dihindari
Ø Pembelajar memiliki rumusan-rumusan aturan tatabahasa
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa:
Ø Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi
pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh
bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan
pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.
Ø Pemerolehan secara bawah sadar dan alamiah, sedangkan pembelajaran
sadar dan disengaja.
Ø Pemerolehan bahasa lebih dominan makna proses mengetahui, sedangkan
pembelajaran dominan kepada proses memahami setelah mengetahui.
Melihat dari pendapat krashen (1976), dapat disimpulkan juga
perbedaan pemerolehan dan pembelajaran bahasa:
Pemerolehan
bahasa:
Ø Proses terjadi secara ambang sadar pada pemerolehan bahasa pertama
Ø Komunikasi terjadi secara alamiah
Ø Keberhasilan belajar bahasa bagi anak tidak mungkin dihindari
Ø Pembelajar tidak dapat menyebut aturan tata bahasa
Ø Tidak diperkuat oleh pengajaran, uraian tentang tatabahasa, dan
tidak ada koreksi
Ø Proses diatur oleh strategi universal yang disebut LAD (Language
Acquisition Device)
Pembelajaran
Bahasa:
Ø Proses ini terjadi pada saat orang dewasa belajar bahasa kedua
Ø Proses terjadi secara sadar dan terjadi secara internalisasi aturan
tatabahasa
Ø Kemampuan yang dimiliki merupakan hasil dari pengajaran
Ø Proses penguasaan bahasa tidak mungkin dihindari
Ø Pembelajar memiliki rumusan-rumusan aturan tatabahasa
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta
Mar’at,
Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika
Aditama.
Victoria,
Fromkin dan Robert, Rodman. 1993. An Introduction to Language. Florida:
Harcourt Brace Jovanovich Collage.
diunduh pada: Minggu, 12 Oktober
2014. Pukul 21.25 WIB
diunduh pada: Minggu, 12 Oktober
2014. Pukul 21.00 WIB
diunduh pada: Minggu, 12 Oktober
2014. Pukul 16.15 WIB
[1] http://awalianursafitri.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-dan-penjelasan-pemerolehan-bahasa-proses-anak-mulai-mengenal/
[3] http://iwanumsida.blogspot.com/2013/01/makalah-proses-pemerolehan-bahasa-anak.html
[4] Abdul
Chaer, Psikolinguistik kajian teoritik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm.
168
[5] Abdul
Chaer , Psikolinguistik Kajian Teoretik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
hal. 251
thanks
BalasHapusThnks ya, ilmunya sangat bermanfaat
BalasHapusMaaf apakah saya bisa minta file pdf psikolinguistik kajian teoritik dari Abdul chaer? Kebetulan saya dapet judul yang sama masalah ini.
BalasHapus